Rabu, 16 Maret 2016

Sensasi Ketenangan dari Alaminya Negeri Suah

Hamparan sawah hijau terbentang luas di lembah itu. Di pertengahan sawah tersebut mengalir  sungai yang jernih, saya turun untuk mencoba airnya, ternyata sejuk. Beberapa pohon kelapa berbaris rapi di pematang sawah, dari kejauhan terlihat bukit-bukit yang dengan kokoh mengawal lembah ini dari pengaruh luar.
            
            Dari Sibolangit di Desa Bandar Baru kami berbelok ke arah kiri menelusuri jauh ke dalam pasar yang selalu ramai. Jalanan yang awalnya aspal tiba-tiba berubah menjadi susunan paving block yang cukup rapi. Hingga akhirnya kami menemukan kembali jalanan beraspal namun terdapat tanjakan dan turunan tajam yang diselingi lubang-lubang di sisi kiri-kanan jalan.
            Setelah satu jam lebih berkendara dari Bandar Baru kami belok kanan di sebuah pertigaan dan seketika jalanan yang awalnya beraspal berubah tanah dan kerikil. Namun ada juga jalanan yang disemen membentuk dua jalur yang masing-masing selebar sepeda motor. Dari sini jalanan semakin menanjak, saat itu juga kami harus hati-hati berkendara karena sempitnya jalan dan licin karena saat itu baru saja hujan.
            Semakin jauh kami menemukan beberapa rumah panggung yang masih tradisional. Suasananya juga sepi, tak banyak penduduk yang berada di luar rumah. Ada pun itu hanya beberapa orang yang sudah tua dan anak-anak kecil seumuran sekolah dasar. Kami berhenti di sebuah teras beratap milik sebuah rumah panggung. Pemiliknya mempersilakan kami untuk parkir di sana. Kami putuskan untuk memarkir sepeda motor di sana karena perjalanan berikutnya hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki.
            Setelahnya kami berjalan menyusuri jalan setapak melewati hutan kecil menuruni lereng bukit. Tak jauh kami berjalan, hanya berjarak sekitar tiga ratus meter dari lokasi parkir kami sudah menemukan sebuah air terjun yang menuruni lereng yang landai. Kemiringan lereng tersebut sekilas mirip air terjun Mursala bedanya air terjun ini tidak langsung ke laut, tapi ke sungai. Air terjun tersebut oleh masyarakat sekitar disebut dengan Sempuren Suah atau Air Terjun Suah.
            Sensasi dinginnya air terjun bisa dinikmati jika menuruni terus hingga ke dasar air terjun. Karena lerengnya landai maka airnya jatuh tidak terlalu deras. Dari sini pun mulai terlihat pemandangan lembah yang menghijau karena dipenuhi sawah. Air sungai seakan membagi lembah tersebut menjadi dua sisi. Arus sungainya lumayan deras dan terlihat dalam hingga ke dasar.
 
             Suasananya begitu tenang, alami dan asri. Tidak ada suara hiruk pikuk kendaraan seperti di perkotaan, yang ada hanya suara angin, aliran air sungai dan kicauan burung-burung pemakan biji-bijian. Seolah kami berada di tempat lain, jauh dari teknologi dan modernitas, perbukitan hijau di sekeliling sawah seakan menjaga kealamian Desa Negeri Suah ini. Di sisi sungai yang berbatu kami mulai membuka bekal makan siang dan menikmati makan dengan lahapnya. Sepertinya ada pengaruh keindahan alam dengan nikmatnya santapan makan siang.
            Puas menyusuri sungai dan sawah kami bergerak ke arah hulu sungai. Kami hendak menuju sungai dua rasa, disebut dua rasa karena dalam satu sungai tersebut bertemu  aliran air yang memiliki dua suhu yang berbeda, panas dan dingin. Untuk mencapai sungai itu kami harus memutari lokasi parkir sepeda motor tadi. Perjalanan menuju sungai dua rasa didominasi jalan setapak yang ditumbuhi ilalang-ilalang di sisi kanan-kirinya. Sesekali ada beberapa jalan setapak yang becek.
            Tak sampai setengah jam kami sampai di sungai yang dimaksud. Aliran airnya masih deras namun sudah mulai dangkal, setinggi lutut hingga paha orang dewasa. Namun begitu masih ada beberapa sisi sungai yang dalam. Cukup sulit untuk menjelajah sungai karena jalan setapak di pinggir sungai tidak mengikuti aliran sungai, jika terus diikuti malah masuk ke hutan.
            Suhu air sungai di tempat kami berdiri masih dingin, namun sudah tercium bau belerang. Jika diperhatikan secara seksama kita akan melihat sedikit asap yang mengepul dari sisi sungai yang lain. Kami coba menyebrangi sungai karena air sungai yang bersuhu panas tersebut tidak bisa ditempuh pada sisi yang sama. Semakin dekat dengan sumber asap tersebut semakin jelaslah bahwa asap tersebut berasal dari sebuah kawah kecil, air sungai pun sudah mulai terasa panas. Namun karena arus sungai yang deras dan sungai yang semakin dalam kami hanya bisa memandang dari jauh kawah tersebut.


            Puas bermain air di sungai kami kembali ke lokasi parkir sepeda motor untuk kembali pulang. Suasana tenang, kesejukan dan kenyamanan yang dihadirkan di desa ini membuat siapa saja akan merasa betah untuk berada di Desa Negeri Suah. Apalagi untuk mendapatkan ketenangan tersebut tidak perlu pergi jauh dan mengeluarkan biaya yang banyak. Cukup pergi saja ke Sibolangit dan kunjungi Desa Negeri Suah.   

0 komentar:

Posting Komentar

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com