Hamparan
sawah hijau terbentang luas di lembah itu. Di pertengahan sawah tersebut
mengalir sungai yang jernih, saya turun
untuk mencoba airnya, ternyata sejuk. Beberapa pohon kelapa berbaris rapi di
pematang sawah, dari kejauhan terlihat bukit-bukit yang dengan kokoh mengawal
lembah ini dari pengaruh luar.
Dari Sibolangit di Desa Bandar Baru kami berbelok ke arah kiri menelusuri jauh ke dalam pasar yang selalu ramai. Jalanan yang awalnya aspal tiba-tiba berubah menjadi susunan paving block yang cukup rapi. Hingga akhirnya kami menemukan kembali jalanan beraspal namun terdapat tanjakan dan turunan tajam yang diselingi lubang-lubang di sisi kiri-kanan jalan.
Setelah
satu jam lebih berkendara dari Bandar Baru kami belok kanan di sebuah pertigaan
dan seketika jalanan yang awalnya beraspal berubah tanah dan kerikil. Namun ada
juga jalanan yang disemen membentuk dua jalur yang masing-masing selebar sepeda
motor. Dari sini jalanan semakin menanjak, saat itu juga kami harus hati-hati
berkendara karena sempitnya jalan dan licin karena saat itu baru saja hujan.
Semakin
jauh kami menemukan beberapa rumah panggung yang masih tradisional. Suasananya
juga sepi, tak banyak penduduk yang berada di luar rumah. Ada pun itu hanya
beberapa orang yang sudah tua dan anak-anak kecil seumuran sekolah dasar. Kami
berhenti di sebuah teras beratap milik sebuah rumah panggung. Pemiliknya mempersilakan
kami untuk parkir di sana. Kami putuskan untuk memarkir sepeda motor di sana
karena perjalanan berikutnya hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki.
Setelahnya
kami berjalan menyusuri jalan setapak melewati hutan kecil menuruni lereng
bukit. Tak jauh kami berjalan, hanya berjarak sekitar tiga ratus meter dari
lokasi parkir kami sudah menemukan sebuah air terjun yang menuruni lereng yang
landai. Kemiringan lereng tersebut sekilas mirip air terjun Mursala bedanya air
terjun ini tidak langsung ke laut, tapi ke sungai. Air terjun tersebut oleh
masyarakat sekitar disebut dengan Sempuren Suah atau Air Terjun Suah.
Sensasi
dinginnya air terjun bisa dinikmati jika menuruni terus hingga ke dasar air
terjun. Karena lerengnya landai maka airnya jatuh tidak terlalu deras. Dari
sini pun mulai terlihat pemandangan lembah yang menghijau karena dipenuhi
sawah. Air sungai seakan membagi lembah tersebut menjadi dua sisi. Arus
sungainya lumayan deras dan terlihat dalam hingga ke dasar.
Suasananya
begitu tenang, alami dan asri. Tidak ada suara hiruk pikuk kendaraan seperti di
perkotaan, yang ada hanya suara angin, aliran air sungai dan kicauan
burung-burung pemakan biji-bijian. Seolah kami berada di tempat lain, jauh dari
teknologi dan modernitas, perbukitan hijau di sekeliling sawah seakan menjaga
kealamian Desa Negeri Suah ini. Di sisi sungai yang berbatu kami mulai membuka
bekal makan siang dan menikmati makan dengan lahapnya. Sepertinya ada pengaruh
keindahan alam dengan nikmatnya santapan makan siang.
Puas
menyusuri sungai dan sawah kami bergerak ke arah hulu sungai. Kami hendak
menuju sungai dua rasa, disebut dua rasa karena dalam satu sungai tersebut
bertemu aliran air yang memiliki dua
suhu yang berbeda, panas dan dingin. Untuk mencapai sungai itu kami harus
memutari lokasi parkir sepeda motor tadi. Perjalanan menuju sungai dua rasa
didominasi jalan setapak yang ditumbuhi ilalang-ilalang di sisi kanan-kirinya.
Sesekali ada beberapa jalan setapak yang becek.
Tak
sampai setengah jam kami sampai di sungai yang dimaksud. Aliran airnya masih
deras namun sudah mulai dangkal, setinggi lutut hingga paha orang dewasa. Namun
begitu masih ada beberapa sisi sungai yang dalam. Cukup sulit untuk menjelajah
sungai karena jalan setapak di pinggir sungai tidak mengikuti aliran sungai,
jika terus diikuti malah masuk ke hutan.
Suhu
air sungai di tempat kami berdiri masih dingin, namun sudah tercium bau
belerang. Jika diperhatikan secara seksama kita akan melihat sedikit asap yang
mengepul dari sisi sungai yang lain. Kami coba menyebrangi sungai karena air
sungai yang bersuhu panas tersebut tidak bisa ditempuh pada sisi yang sama.
Semakin dekat dengan sumber asap tersebut semakin jelaslah bahwa asap tersebut
berasal dari sebuah kawah kecil, air sungai pun sudah mulai terasa panas. Namun
karena arus sungai yang deras dan sungai yang semakin dalam kami hanya bisa
memandang dari jauh kawah tersebut.
Puas
bermain air di sungai kami kembali ke lokasi parkir sepeda motor untuk kembali
pulang. Suasana tenang, kesejukan dan kenyamanan yang dihadirkan di desa ini
membuat siapa saja akan merasa betah untuk berada di Desa Negeri Suah. Apalagi
untuk mendapatkan ketenangan tersebut tidak perlu pergi jauh dan mengeluarkan
biaya yang banyak. Cukup pergi saja ke Sibolangit dan kunjungi Desa Negeri
Suah.
0 komentar:
Posting Komentar