Hal yang membuat kita kesulitan belajar bahasa Inggris adalah kita
tidak pernah membiasakan untuk mendengar dan mengucapkan kosa kata dalam bahasa
Inggris sebagaimana kita terbiasa mendengar dan mengucapkan kosa kata dalam
bahasa Indonesia.
Minggu enam
Agustus lalu saya sudah siapkan semua kebutuhan yang dikira perlu selama
tinggal di Harau. Pukul enam sore saya sudah sampai di sebuah sekolah.
Terpampang dengan jelas tulisan Harau Valley English School. Ya, itulah nama sekolah yang saya tuju. Saya
juga menemukan tulisan Cafetaria dan langsung berbisik, “Oh ini toh kantinnya.”
Peserta Harau Valley English School Batch IV dan 'Kepsek-nya' |
Sekolah yang
saya tuju ini adalah sebuah sekolah bimbingan bahasa Inggris intensif di
Sarilamak, Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota. Saya mendapatkan informasi tentang
sekolah ini dari sebuah broadcast whatsapp di salah satu grup alumni
sekolah.
Pesan itu mempromosikan
tentang sebuah sekolah kursus Bahasa Inggris yang berlokasi di Lembah Harau.
Lembah Harau adalah salah satu objek wisata terkenal dan menjadi andalan di
Provinsi ini. Saya baca pesan tersebut dengan serius dan terbersit keinginan
untuk mengikuti program ini. Memang, saya punya rencana untuk mengikuti kursus
Bahasa Inggris di Pare, Kediri. Namun belum terealisasi karena sumber daya yang
belum memadai.
Lebih lanjut, dijelaskan bahwa di sekolah itu pesertanya akan belajar
bahasa Inggris secara intensif mulai dari dasar. Semua materi meliputi Grammar,
Listening dan Speaking akan diajarkan menggunakan metode yang berbeda dari
yang pernah dipelajari selama ini. Program belajarnya akan berlangsung selama
sebulan penuh dan sekolah tersebut menyediakan fasilitas asrama dan kantin
untuk pesertanya. Harga yang ditawarkan pun dapat ditanggulangi penuh dengan
sumber daya terbatas yang dimiliki oleh seorang jobseeker seperti saya.
“Kuota untuk
bulan ini tinggal tiga aja ya, kak,” bunyi kalimat terakhir pada pesan
itu semakin memantapkan langkah saya untuk mengikuti program ini. Setelah ‘merusuhi’
website dan akun instagram-nya serta merasa yakin sudah mendapatkan
informasi lengkap saya pun mengisi formulir pendaftaran.
Lagi belajar nih..... |
Saya perhatikan
bangunan besar bertingkat satu itu memiliki luas lebih dari setengah lapangan
bola. Bangunannya dicat oranye dan punya halaman yang luas. Banyak jendela
menghiasi dindingnya. Setelah memarkirkan motor, saya langsung memasuki bangunan
tersebut.
Saya disambut
seorang pemuda tinggi tegap dan murah senyum. Tatapan ramahnya seolah
berkata, ”Ada yang bisa dibantu?”
“Permisi, saya
mau check-in, bang,” kataku.
Dia langsung
mengarahkan saya ke meja dan kursi yang sudah disediakan sembari memperkenalkan
dirinya, “Ya, silakan, saya Andri,”
“Saya Gio,”
balasku.
“Selamat datang,
Gio. Sebentar saya cek dulu berkas pendaftarannya ya,” sambungnya.
Setelah sedikit
perkenalan dan basa basi, kami pun menyelesaikan berkas pendaftaran dan
membayar tunai sisa biaya sekolah. Andri kemudian menjelaskan sedikit mengenai Harau
Valley English School dan
memperkenalkan ruangan-ruangan yang akan dipergunakan selama proses belajar.
Ia jelaskan mana
ruang kelas, ruang serbaguna, dan toilet, “Nah yang itu adalah perpustakaan
mini bukunya masih sedikit sih,” katanya sambil menunjuk ke arah belakang saya.
Terakhir, Andri
membawa saya ke asrama cowok yang masih berada dalam satu bangunan tersebut.
“Silakan beristirahat,” ucap Andri.
Saya pun langsung
memilih tempat favorit untuk tidur walaupun secara random. Asramanya berada
dalam satu ruangan yang cukup besar. Kapasitasnya lebih kurang sepuluh orang,
asrama juga dilengkapi dengan locker room sebagai tempat untuk menyimpan
barang-barang pribadi. Beda lagi dengan asrama cewek, mereka ada beberapa kamar
yang masing-masingnya bisa diisi dua hingga empat orang. Masing-masing asrama
dilengkapi dengan dua kamar mandi.
Jangan lupa sholat berjamaah. |
Seusai sholat
Maghrib, perut pun menyampaikan keluh kesahnya dan mulai berisik. Seketika saya
paham, perut sedang memberi kode bahwa dia butuh nutrisi. Saya langsung menuju
kantin supaya perut tidak lagi berontak.
Esok pagi usai
sarapan, lonceng berbunyi. Kami semua berkumpul di ruang kelas. Pertemuan
pertama Andri memperkenalkan dirinya. Dari perkenalan tersebut diketahui bahwa
Andri adalah lulusan UIN Jakarta jurusan Hubungan Internasioanal dan
mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan pasca sarjana di Utrecht
University jurusan Sustainable Development lewat program beasiswa LPDP
dari Kemenkeu. Ia mengakui bahwa ia tidak memiliki latar belakang pendidikan
bahasa Inggris, namun begitu ia punya banyak pengalaman di bidang kesusasteraan
Inggris. Ia pernah bekerja di Wall Street English (sebuah lembaga Kursus
bahasa Inggris terbesar di dunia) dan tentu saja pengalaman hidupnya di Eropa
selama perkuliahan.
Ketika ia
kembali ke Indonesia dalam rangka penelitian untuk tesisnya ia merasakan
perbedaan antara anak-anak Indonesia dengan anak-anak dari banyak negara maju
yang telah dia kunjungi. ia prihatin banyaknya anak Indonesia yang putus
sekolah serta ketidaksetaraan pendidikan
dan kesempatan yang dialami anak-anak Indonesia. Berbekal hal tersebut ia
merasa terpanggil dan termotivasi untuk ikut serta mendidik anak-anak Indonesia
menjadi pribadi yang bermanfaat. Di sisi lain ia juga memiliki semangat yang
tinggi dalam mengajar.
Wajib hukumnya refreshing di akhir pekan |
Ia pun
menjelaskan bahwa sekolahnya telah berdiri pada akhir April dan sudah
meluluskan tiga batch siswa hingga Juli 2018. "Rata rata tiap batch berisi dua puluh hingga dua puluh lima
peserta, dan kalian adalah batch ke IV," terangnya kepada kami.
Begitulah sesi
awal berlangsung, sangat santai. Terkadang Andri menyisipkan beberapa lelucon
yang diucapkannya dalam berbagai logat bahasa seperti logat India, Melayu, dan
tentunya logat bahasa daerahnya; Silomak. Terbukti cara ini sangat ampuh untuk
mencairkan kebekuan diantara peserta lain. Cara ini yang juga sering ia
gunakan kala mengajar.
Andri juga memperkenalkan personel-personel yang membantunya dalam mengembangkan sekolah ini. Yaitu teman-teman karibnya ketika di Eropa yang menjadi konsultan. Ia juga perkenalkan Rama, Ganda dan Nirwan dan Eji, yang ikut membantunya dalam program pengajaran sehari-hari. Rama dan Ganda adalah alumni batch I dan batch III.
Tibalah saat
perkenalan bagi masing-masing peserta. Kami diminta untuk memperkenalkan nama, asal dan sesuatu yang unik dari diri masing-masing. Dari sini terkuaklah
bermacam keunikan peserta, mulai dari yang mainstream seperti bernyanyi, dan
olahraga, hingga aneh seperti banyak makan tapi tak kunjung gemuk dan sedikit
makan tapi tak kunjung kurus. Ada juga yang kemana-mana suka memakai jumper,
ada yang suka bernyanyi dengan suara random ditengah malam, ada yang suka musik
hip hop bahkan ada yang hobi merakit robot.
Kami berjumlah 19 peserta. Latar belakang peserta beragam,
mulai dari yang baru lulus SMA, yang masih kuliah, yang baru saja lulus kuliah,
hingga jobseeker seperti saya, hahaha….
Ada yang
berkuliah di Padang, Pekanbaru, dan ada juga yang berkuliah di Bekasi.
Mayoritas berasal dari berbagai daerah di Sumatera Barat seperti Padang, Padang
panjang, Agam, dan Payakumbuh. Ada juga dari Pekanbaru dan Batam.
Setelah sesi
perkenalan usai, tibalah saatnya untuk belajar. Andri menjelaskan bahwa di hari
pertama kami belum masuk kepada materi pelajaran. Hari pertama merupakan
pretest berupa pengerjaan soal TOEFL yang akan menjadi dasar bagi Andri untuk
menilai sejauh mana kemampuan bahasa Inggris yang dimiliki peserta. Menurutnya
hal ini penting dilakukan agar ia bisa mengetahui dan merumuskan strategi
pembelajaran yang pas.
Dari hasil pretest TOEFL itu juga Andri membagi kami dalam empat kelompok belajar. Saya tergabung dalam Kelompok Cambridge bersama Sandi, Indy, Helen dan Diana. Adapun kelompok lain adalah Harvard yang terdiri dari Alfi, Aidil, Ade, Imel dan Wulan. Kemudian Jeri, Wildan, Kiki, Ayu dan Dian tergabung dalam Kelompok Oxford. Terakhir ada Adil, Farans, Rezy dan Lathifah dalam kelompok Columbia.
Cambridge's Squad |
Kemudian setelah
itu barulah masuk kepada materi inti berupa Grammar dan Structure
Class, Listening Class dan Speaking Class, setiap pagi
akan ada Memorizing Class dan malamnya ada Informal Section. Kelas
akan berlangsung mulai hari Senin hingga Jumat selama sebulan penuh.
Grammar dan Structure Class berupa
kelas pada umumnya, ada diskusi, ceramah dan penyampaian materi. Bedanya dengan
kelas pada umumnya, Andri akan memancing terlebih dahulu apa yang peserta
ketahui tentang materi yang akan dipelajari, setelah itu barulah ia sampaikan
inti dari pelajaran tersebut menggunakan metode dan cara unik tersendiri yang
ia temukan. Metode dan cara yang ia temukan itu sangat-sangat membantu bagi
saya yang selama ini kesusahan dalam mempelajari struktur bahasa Inggris,
terutama penggunaan tenses. Saya tak dapat mengungkapkannya dengan
kata-kata bagaimana akhirnya saya dapat memahami dengan cepat dan mudah tentang
penggunaan tenses tersebut.
Pada Listening
Class peserta akan diperdengarkan sebuah teks dalam bahasa inggris, peserta
diminta untuk menulis apa yang didengarnya untuk kemudian dikoreksi berapa
banyak kesalahannya. Setelah ditulis peserta kemudian diminta untuk mengucapkan
kembali apa yang ditulis sambil merekamnya untuk besoknya di-review.
Saya akui cara ini sangat ampuh untuk meningkatkan skill listening
bahasa inggris. Logikanya, kenapa kita selalu kesulitan mempelajari bahasa
inggris? Hal itu karena kita tidak membiasakan sejak kecil untuk mendengar dan
mengucapkan kosa kata dalam bahasa Inggris sebagaimana kita terbiasa mendengar
dan mengucapkan kosa kata dalam bahasa Indonesia.
Terciduk...! Lagi serius rekaman. |
Memorizing Class
adalah kelas yang dilaksanakan
di pagi hari untuk menghapal dan mengetahui berbagai ungkapan atau expression yang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Terkadang juga diselingi dengan diskusi ringan, tentunya dalam bahasa Inggris. Sedangkan Informal Section kelas yang dilaksanakan sehabis Isya hingga
pukul sepuluh malam dimana setiap peserta bebas mau beraktivitas apa saja
asalkan dilakukan secara bersama sama di ruangan kelas, tentunya yang
berhubungan dengan bahasa inggris.
Hal yang paling
berkesan bagi saya adalah Andri selalu punya cara tersendiri untuk memotivasi
kami. Ketika kami selalu salah dalam menjawab soal TOEFL sehingga merasa
frustasi ia menceritakan perjuangan bagaimana ia dulunya belajar bahasa
Inggris, ia lantas memutar sebuah lagu yang ia sebut dengan Lagu wajib Harau
Valley English School, yaitu The Climb dari Milley Cyrus. Memang
lirik lagunya berisi tentang proses perjuangan yang sangat berat.
Sedangkan hal yang
spesial menurut saya di Harau Valley English School adalah ketika kami
memiliki kesempatan untuk mempraktekan langsung kemampuan bahasa inggris kami
dengan turis yang sengaja mendatangi sekolah karena kekepoan mereka sendiri.
Ini adalah momen langka yang harus dimanfaatkan, walaupun begitu tetap saja ada
beberapa peserta yang masih malu untuk berbincang dengan native speaker
tersebut.
Foto bareng Andi, seorang turis dari Inggris. Foto ini diambil setelah kami 'menginterogasi' beliau dengan pertanyaan-pertanyaan mainstream. |
Di luar jam
pelajaran suasana kekeluargaan tercipta antara sesama peserta, Andri dan semua
personel yang mengurus Harau Valley English School. Sebab Andri berulang
kali menegaskan bahwa ia tidak mau dipanggil dengan sebutan Pak, atau Guru.
Menurutnya jika ia dipanggil seperti itu maka akan tercipta suatu sekat
atau batasan yang membuat peserta merasa segan dan takut berbaur dengannya.
Padahal berdasarkan pengalaman ia kuliah di luar negeri kunci dari ilmu itu bisa
mengalir adalah adanya keleluasaan siswa dalam mengutarakan pendapat dan
mengkritik gagasan yang disampaikan gurunya tanpa rasa takut dan canggung. Hal
ini juga yang menurutnya perlu diubah pada sistem pendidikan di Indonesia.
Dan output yang
kami dapat adalah meningkatnya kemampuan bahasa Inggris seluruh peserta. Hal
ini terbukti dari meningkatnya skor TOEFL semua peserta jika dibandingkan skor
ketika pertama kali pretest dan skor ketika test terakhir. Kenaikan skornya
sangat signifikan mulai dari dua puluh hingga seratus. Jika dirasa waktu
sebulan tidak cukup kamu bisa menambah masa belajar selama sebulan lagi atau
dua bulan lagi.
Bukan hanya kemampuan berbahasa
Inggris saja yang meningkat, saya juga mendapatkan pencerahan baru tentang
bagaimana dunia ini bekerja, pola pandang dan kehidupan masyarakat Eropa
saat Memorizing
Class lewat berbagai diskusi yang kami lakukan. Kemudian yang paling
berharga dan sangat tak ternilai adalah mendapatkan relasi dan teman baru.
Tentu saja terkadang muncul rasa
jenuh dan stres saat belajar, maka untuk menghilangkannya kami menikmati akhir
pekan dengan berwisata ke Lembah Harau dan destinasi wisata lainnya di sekitar
Lembah Harau. Pengalaman tersebut akan saya ceritakan pada tulisan berikutnya.
And these are some of many moments that we have together...
Refreshing di Taram |
Perayaan kemerdekaan Republik Indonesia |
Bersama Ibu kantin yang selalu siaga jika perut mulai berontak... |
cieee lulus ni yeee... |
Rebutan kentang bakar di malam perpisahan |
Refreshing wajib hukumnya. |
Salah satu lomba dalam perayaan Kemerdekaan; nyari koin dalam tepung. Nyari duit gini amat yak... |
Ga temakan la itu kerupuk kelen >-< |
The gentlements |
Can you find something weird on this photo? |
Hahahah such a memories
BalasHapus