Bulat lonjong, panjang 15-20 sentimeter dengan warna kemerahan. Benda itu lah yang menjadi bahan sampel kami untuk praktikum Gizi yang terakhir.
"Sosis merah yang dijual di SD," kata laboran kami.
Sebenarnya sosis sudah dua minggu menjadi sampel kami untuk percobaan. Minggu pertama kami berhasil mendapatkan sosis yang dimaksud. Di Minggu pertama ini sosis digunakan untuk percobaan uji pewarna.
Sedangkan untuk minggu kedua, kami akan menguji zat pengawet dan pemanis pada makanan. Kembali kami kebagian sampel sosis merah yang dijual di SD untuk uji pengawet dan es cendol untuk uji pemanisnya.
Sialnya minggu kedua ini kami terlambat mencari sosis. Aku dan satu temanku yang kebagian tugas mencari sampel baru bergerak sekitar jam satu. Padahal jam segitu anak SD sudah bubar.
Benar saja sesampainya kami di lokasi, siswa SD sudah pada pulang, penjual sosis juga sudah 'balik kanan'. Sudah pukul setengah dua lewat kami belum juga mendapatkan sampel sedangkan pukul dua kami sudah harus masuk lab. Akhirnya kami putuskan untuk beli sosis di kedai-kedai saja daripada kami tak bisa masuk lab.
Rupanya beberapa kedai yang kami tanyai tak ada yang berjualan sosis, aneh juga pikir ku. waktu tersisa lima belas menit lagi, kami kembali ke kampus sembari mencari. Untungnya ada juga yang jual. Sosis merek So *ic* seharga seribu kami bawa dua buah. Padahal yang disuruh laboran adalah sosis merah yang dijual di SD tapi sosisnya kami ganti dengan sosis yang di jual di kedai. Hehehe...
Kemudian kami membeli bakso bakar di kampus, plastiknya diambil untuk tempat sosis disimpan. Hal ini kami lakukan supaya orang makin percaya bahwa itu adalah sosis yang dijual di
SD. Memang dasar otak mafia wkwkwkwkw.
Sesampainya di lab, sang laboran telah mulai mengabsen jadi kami cepat-cepat memakai baju lab dan membawa sampel berupa sosis merah yang di jual di SD (di kedai sebenarnya) dan es cendol. Untung saja kami tak ketahuan hehehe...
Jadi lah kami ngelab dengan lancar...
#Post ini bukan bermaksud menjelekan satu pihak hanya sebatas hiburan belaka, dan berbagi cerita menarik.
"Sosis merah yang dijual di SD," kata laboran kami.
Sebenarnya sosis sudah dua minggu menjadi sampel kami untuk percobaan. Minggu pertama kami berhasil mendapatkan sosis yang dimaksud. Di Minggu pertama ini sosis digunakan untuk percobaan uji pewarna.
Sedangkan untuk minggu kedua, kami akan menguji zat pengawet dan pemanis pada makanan. Kembali kami kebagian sampel sosis merah yang dijual di SD untuk uji pengawet dan es cendol untuk uji pemanisnya.
Sialnya minggu kedua ini kami terlambat mencari sosis. Aku dan satu temanku yang kebagian tugas mencari sampel baru bergerak sekitar jam satu. Padahal jam segitu anak SD sudah bubar.
Benar saja sesampainya kami di lokasi, siswa SD sudah pada pulang, penjual sosis juga sudah 'balik kanan'. Sudah pukul setengah dua lewat kami belum juga mendapatkan sampel sedangkan pukul dua kami sudah harus masuk lab. Akhirnya kami putuskan untuk beli sosis di kedai-kedai saja daripada kami tak bisa masuk lab.
Rupanya beberapa kedai yang kami tanyai tak ada yang berjualan sosis, aneh juga pikir ku. waktu tersisa lima belas menit lagi, kami kembali ke kampus sembari mencari. Untungnya ada juga yang jual. Sosis merek So *ic* seharga seribu kami bawa dua buah. Padahal yang disuruh laboran adalah sosis merah yang dijual di SD tapi sosisnya kami ganti dengan sosis yang di jual di kedai. Hehehe...
Kemudian kami membeli bakso bakar di kampus, plastiknya diambil untuk tempat sosis disimpan. Hal ini kami lakukan supaya orang makin percaya bahwa itu adalah sosis yang dijual di
SD. Memang dasar otak mafia wkwkwkwkw.
Sesampainya di lab, sang laboran telah mulai mengabsen jadi kami cepat-cepat memakai baju lab dan membawa sampel berupa sosis merah yang di jual di SD (di kedai sebenarnya) dan es cendol. Untung saja kami tak ketahuan hehehe...
Jadi lah kami ngelab dengan lancar...
#Post ini bukan bermaksud menjelekan satu pihak hanya sebatas hiburan belaka, dan berbagi cerita menarik.
0 komentar:
Posting Komentar