Pernah kah
Anda merasakan hembusan angin yang kencang yang membuat Anda seakan-akan bisa
diterbangkan oleh angin? Bukan dari wahana Roller Coaster atau pun Gondola,
hembusan angin yang dimaksud adalah hembusan yang benar-benar berasal dari
alam. Jika belum ada baiknya Anda mengunjungi Puncak Puncak Payo Rapuih atau
Puncak Pusaran Angin. Bukan hanya hembusan angin, di puncak ini Anda akan
disuguhkan bentangan Keindahan Danau singkarak.
Puncak Payo Rapuih ini berjarak
sekitar 60 kilometer dari Kota Padang, tepatnya berada di Jorong Payo Rapuih,
Nagari Batipuah Baruah, Kecamatan Batipuah, Kabupaten Tanah Datar di Provinsi
Sumatera Barat. Oleh masyarakat sekitar, puncak ini disebut juga dengan Puncak Pusaran
Angin. Puncak ini berada di ketinggian 500 meter di atas permukaan laut atau
350 m dari permukaan Danau Singkarak.
Lokasi ini dapat ditempuh dengan
mudah, jika dari kota Padang bergeraklah ke arah kota Bukittinggi. Setibanya di
kota Padangpanjang silakan berbelok menuju ke arah Danau Singkarak di Kabupaten
Tanah Datar. Selepas batas kota
Padangpanjang dengan Kabupaten Tanah Datar berbelok ke arah jorong Gunuang
Rajo. Dari sini Anda tinggal mengikuti jalanan beraspal yang cukup sempit dan
bergelombang naik turun karena melewati daerah perbukitan.
Selama perjalanan di jorong Gunuang
Rajo, Anda akan disuguhkan pemandangan lembah dan sungai yang terbentang di
bawah Anda. Di dasar lembah itu terhampar bentangan sawah milik masyarakat
sekitar yang dihiasi tingginya beberapa pohon kelapa. Landscape Danau Singkarak terkadang mengintip di balik jajaran
perbukitan.
Berikutnya sekitar 5 kilometer
terakhir jalanan akan menanjak terus hingga mencapai puncak Pusaran Angin. Jika
berkendara dengan mobil harus ekstra hati-hati karena jalanan yang ditempuh
adalah pendakian tajam nan sempit, untungnya jalanan sudah diaspal seluruhnya.
Namun tidak ada salahnya juga jika ingin merasakan sensasi hiking dengan berjalan kaki sejauh 5 kilometer mendaki hingga
sampai puncak.
Di Sumatera Barat daerah ini
terkenal dengan duriannya yang enak dan nikmat, sehingga tak heran jika di sisi
kiri kanan jalan akan banyak muncul pohon durian. Beruntunglah jika berkunjung
pada musim durian.
Jika Anda sudah melihat portal
pembatas dan menemukan sebuah telaga, itu artinya Anda sudah dekat dengan
tujuan Anda. Tersisa 500 meter lagi dari portal ini hingga ke puncak Pusaran
Angin. Kawasan ini dikelola oleh warga sekitar sehingga tak heran jika belum
ada fasilitas penunjang. Untuk masuk dikenakanan biaya Rp 5 ribu per sepeda
motor.
Sesampainya di puncak, terhampar
luas pemandangan Danau Singkarak dari keseluruhan sisinya. Nampak danau seluas
12 ribu hektare ini dikelilingi sawah-sawah hijau dan untaian perbukitan yang
kokoh. Terlihat juga kapal-kapal wisata dan kapal-kapal nelayan melintasi
permukaan danau. Bukan hanya itu, Anda juga bisa menyaksikan gagahnya Gunung
Marapi dan Gunung Singgalang di sisi utara. Puncak ini juga sering dijadikan
sebagai titik start atau landasan pacu bagi pencinta olahraga paralayang.
Dan, tentu saja yang membuat puncak
ini berbeda dari puncak lainnya adalah kencangnya hembusan angin yang terjadi
di puncak. Bahkan hembusan anginnya menimbulkan bunyi-bunyian yang seakan
berlomba dengan suara manusia untuk menunjukkan suara siapa yang paling keras.
Hembusan angin tersebut serasa berputar dan tidak pernah berhenti, oleh
karenanya puncak ini lebih terkenal dengan Puncak Pusaran Angin.
Karena hembusan angin itu pula maka
area ini terasa begitu sejuk. Walaupun siang hari ketika matahari sedang terik
tak akan terasa panas. Area puncak juga masih alami dan bersih, ditumbuhi
rumput-rumput yang tebal. Dengan pemandangan dan suasana yang seperti itu
dijamin siapapun bakal terpikat dan akan lebih menikmati makanan apapun yang
mereka bawa untuk dijadikan bekal. Tak heran banyak pengunjung yang datang
untuk menikmati suasana di puncak setiap harinya, terlebih lagi ketika hari
libur.
Area puncak ini juga luas, Anda
bahkan bisa membawa sepeda motor atau mobil ke area puncak ini, namun tentu
saja harus berhati-hati karena tidak ada pembatas jalan. Area ini sebenarnya
sudah dikenal lama, namun hanya dikelola oleh warga sekitar. Tidak ada
tanda-tanda sentuhan pemerintah di area ini. Sepintas area ini bukan seperti
area wisata karena ketiadaan pengelolaan yang profesional dari pemerintah atau
pihak swasta. Padahal potensinya tidak kalah dengan Puncak Lawang yang berada
di Puncak Danau Maninjau Kabupaten Agam.
*Terbit di Medan Bisnis Edisi Minggu
0 komentar:
Posting Komentar