Kamis, 08 Januari 2015

Batik Gorga: Cara Orang Batak Representasikan Ulos

Ada untuk perkenalkan ulos, Orang Batak kini punya batik. Batik Gorga namanya.

Akhir September lalu, saya mengunjungi Tomok untuk kelima kalinya. Kali ini ada yang berbeda. Mata saya terhenti pada sebuah baju. Seperti batik, namun motifnya ulos.
Itulah Batik Gorga.

Saya coba tanya pada teman yang bersuku Batak. Mereka bilang suku Batak tak punya batik, mereka gunakan ulos untuk acara adat. Batik Gorga yang muncul dan diperjualbelikan adalah hasil kreatifitas orang Batak, pun muncul di awal tahun dua ribu.
Salah satu motif Gorga (sumber: istimewa)

Sekembalinya ke Medan, saya bertemu dengan Budayawan Warisman Sinaga. Batak tak punya batik, tegasnya. Namun, Batik Gorga hadir sebagai cara orang Batak kenalkan ulos. “Kalau tidak dicoba memodifikasi, mustahil ulos tetap dikenal masyarakat luas,” tutur Warisman.
Motif Batik Gorga berasal dari motif ulos dan gorga. Berdasarkan kamus bahasa Batak-Indonesia, gorga berarti ragam ukiran, pewarnaan dinding rumah dengan tiga warna dasar, yaitu merah hitam dan putih. Sedangkan dalam bahasa Batak Toba Gorga ialah ukiran atau gambar hiasan pada rumah adat batak.

Motif ulos yang sering digunakan ialah Ulos Ragi Hotang. Ragi artinya corak dan Hotang berarti rotan. Rotan adalah benda alam yang fleksibel namun bisa mengikat apa saja dengan erat. Ada lagi motif Ragi Hidup atau Ragidup yang berarti kehidupan, dan Sadum yang berarti pengharapan untuk sebuah kebaikan dan keberkahan.

Pun dengan motif gorga, ada Gorga Iran-iran yang bermakna simbol kecantikan. Kemudian Gorga simeol-eol melambangkan kegembiraan serta Gorga Ipon-ipon yang menyimbolkan kemajuan.

Menurut Warisman Batik Gorga sendiri lebih sering digunakan pada keseharian seperti ke kantor dan acara-acara formal non-adat. Sedangkan untuk acara-acara adat, ulos masih jadi pilihan utama karena ulos memiliki kesakralan dan memang sudah menjadi kain khas batak. “Karenanya jika ulos tak dimodifikasi pada hal baru, maka ulos bisa saja tertinggal zaman,” terang Warisman.

Warisman bilang orang Batak sebenarnya mengupayakan agar ulos dijadikan pakaian sehari-hari. Namun di sisi lain ulos punya nilai kesakralan, yaitu bahan pembuatannya. Ada ketakutan nilai kesakralan dan kulturalnya akan terkikis. “Maka Batik Gorga jadi alternatif yang lebih baik demi menjaga kesakralan ulos,” jelas Warisman.

Batik Gorga Motif Simeol-eol (sumber:istimewa)
Kreatifnya orang Batak dalam beradaptasi patut diacungi jempol. Penggunaan ulos yang hanya terbatas pada acara adat melahirkan karya baru. Bagaimanapun, orang Batak masih segan kalau menggunakan ulos untuk pakaian sehari-hari, karena nilai sakralnya itu.

Hingga sekarang banyak masyarakat yang menggunakan Batik Gorga untuk bekerja, beribadah ataupun acara-acara resmi. Keinginan untuk menjaga eksistensi dan kenalkan ulos membuat Batik Gorga cepat berkembang dan mendapat respon positif dari masyarakat, terutama Suku Batak. Dan pembuatan Batik Gorga dilakukan dengan prinsip pelestarian dan penjagaan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam ulos tersebut 

*Tulisan ini terbit di Tabloid Mahasiswa SUARA USU edisi 100 rubrik Mozaik

1 komentar:

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com