Minggu, 22 Juni 2014

Geliat Pers Mahasiswa

Apa jadinya jika mahasiswa mengelola lembaga pers di kampusnya sendiri. Tentu akan dipenuhi dengan ideide baru yang menantang di tengah idealisme yang masih menggelora. Melabrak semua yang dirasa tak pantas, mengkritik semua yang dianggap tak bijak.

Jika sebagian mahasiswa menyampaikan aspirasinya dengan unjuk rasa dan berdemonstrasi ke jalan , mereka cukup dengan menulis. Meski sifatnya sama-sama menyampaikan aspirasi, efektivitasnya tentu jauh berbeda. Karena tak jarang tulisan lebih mengena ke ulu hati dibanding orasi berkoar-koar dari seorang demonstran ulung.
 
Logo Pers Mahasiswa SUARA USU

Universitas Sumatera Utara (USU) punya Suara USU yang telah menjelma menjadi lembaga pers mahasiswa sejak 1995 silam. Eksistensinya cukup terasa di kalangan kampus. Kritik dan tulisan-tulisan inspirasionalnya kerap ditunggu. Rasa bangga muncul jika sudah berstatus anggota. Tapi, tak jarang pula mereka harus khawatir dengan tulisan yang diterbitkan.

Apalagi jika sudah menyangkut kebijakan pihak rektorat di USU. Pemimpin Umum Suara USU Gio Ovanny Pratama menyebutkan, lembaga mereka sudah menjelma sebagai wadah penyaluran aspirasi kampus. Tidak hanya suara mahasiswa yang mereka elaborasi, termasuk juga suara semua kalangan civitas akademika baik itu dosen, pegawai hingga pejabat di USU tak luput jadi sorotan.

Setiap tulisan yang dihasilkan dan diterbitkan bukannya tanpa risiko. Kesalahan redaksional, protes dari narasumber tetap menjadi bagian yang harus dihadapi. Hak jawab pun wajib diberikan jika memang ada yang keberatan. Yang sedikit bikin pusing, kalau tulisan menyentil kebijakan pejabat kampus. Siapsiap beberapa hari kemudian mendapatkan panggilan dari Pembantu Rektor (PR) III Bidang Kemahasiswaan.

Hal seperti itu wajib dihadapi. Tak jarang mendapat dampratan apabila tulisan dianggap tajam. Bahkan pada 2012, SK Kepengurusan mereka sempat tertahan karena dituding selama 2011 kerap mengeluarkan tulisan yang menyudutkan Rektorat USU. “Kadang dianggap tulisantulisan kami selalu mengangkat yang jelek-jelek saja. Padahal, itu hanya aspirasi dan kritik yang perlu disampaikan,” kata mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Angkatan 2011 itu.

Suara USU menurutnya tidak melulu menuliskan berita yang menyudutkan USU. Justru dalam porsi pemberitaan mereka lebih banyak menulis hal yang inspirasional dan kegiatan yang sifatnya positif. Tak jarang pula mengangkat kisah sukses dan prestasi yang diraih mahasiswa dan dosen yang membawa harum nama USU. “Mungkin yang dibaca hanya yang jelek-jeleknya aja,” ujar Gio tersenyum.

Begitupun mereka tetap memberikan penjelasan terkait isi tulisan yang dianggap mengkritik dengan pedas. Setelah dijelaskan biasanya dapat diterima dengan baik. Adakalanya pula diminta untuk lebih melakukan crosscheck dengan baik terhadap data dan fakta yang ada. Secara umum hubungan mereka dengan pihak kampus terjaga dengan baik.

Gio menyebutkan, sempat terpikir Suara USU dibuat mandiri dan lepas dari kampus. Selama ini, mereka masih mendapatkan subsidi dari USU untuk biaya cetak. Sehingga wajar jika dalam beberapa hal tidak bisa terlalu bebas dalam menyampaikan aspirasi dengan tulisan. “Untuk saat sekarang masih sulit bagi kami untuk mandiri karena sudah kami coba ternyata sulit mencari yang mau beriklan di koran kampus. Tapi suatu saat akan kami lakukan,” ujar Gio.

Pemimpin Umum Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Teropong Mara Fenji Lubis menyebutkan, sebagai bagian dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) mereka juga masih mendapatkan subsidi untuk biaya cetak majalah. Sehingga khusus untuk edisi yang terbit dua kali setahun tersebut isinya tidak bisa menampilkan kritikan pedas terkait kondisi kampus.

Karena sebelum naik cetak selalu dicek ulang oleh pihak rektorat. Untuk menyiasati agar berita mereka tidak diintervensi, maka Teropong mencetak newsletterdan membuka portal online. Semua berita yang dianggap sensitif bisa dengan bebas mereka tayangkan tanpa harus khawatir terkena sensor. Saat ditanya apakah sering mendapat panggilan atau protes terkait pemberitaan yang terbit di newsletter dan online, Fenji tak menampiknya.

 Paling sering justru terjadi jika menyangkut masalah yang melibatkan petinggi di UMSU. Mereka sering dianggap tidak berimbang dalam memberitakan kasus yang menyangkut petinggi kampus. Namun menurutnya itu tidak benar. Karena yang terjadi justru ketika pihaknya ingin mengkonfirmasi tapi tidak mendapatkan akses wawancara. “Sering dibilang tidak berimbang oleh pihak rektor. Tapi di sisi lain justru mereka tidak bersedia dikonfirmasi,” ungkap Fenji.

Begitu pun sejauh ini mereka tidak pernah mendapatkan ancaman atau peringatan akademik terkait pemberitaan-pemberitaan yang dibuat. Karena meski hanya sebagai jurnalis kampus, Teropong tetap menjunjung tinggi kode etik jurnalistik. Setiap pemberitaan wajib berdasarkan fakta dan bukti dokumen. Agar jika sewaktu- waktu ada yang keberatan, mereka bisa mempertanggung jawabkannya. 
Aktivitas pers mahasiswa Suara USU ketika menggelar rapat proyeksi pemberitaan di kantor mereka di Kampus USU Padang Bulan, Medan beberapa waktu lalu. Hingga kini lembaga pers mahasiswa ini terus eksis menghasilkan karya jurnalistiknya.

Pembantu Rektor III USU Raja Bongsu Hutagalung mengakui terkadang tulisan-tulisan yang keluar dari Suara USU terlalu pedas mengkritik dan cenderung mengangkat kekurangan yang ada di USU. Biasanya dia langsung memanggil pengurusnya untuk diajak berdialog.

“Saya biasanya manggil, nasehati dan ajak dialog. Karena kan tidak harus berita-berita jelek saja yang ditampilin, masih banyak yang lain lebih layak. Saya juga kasih pengertian karena saya juga kan harus ikut perjuangkan kepentingan mereka di USU,” kata Raja Bongsu.

Begitu pun, pihaknya memandang penting kehadiran UKM Suara USU. Karena melalui lembaga tersebut diharapkan muncul jurnalis-jurnalis andal yang siap pakai di dunia kerja. Suara USU adalah tempat para mahasiswa dilatih untuk menjadi wartawan yang punya jiwa intelektual tinggi.

Yang terpenting baginya, Suara USU tetap menjalin komunikasi yang baik dengan pihak rektorat. Lebih banyak menampilkan sisi positif serta prestasi-prestasi mahasiswa yang selama ini diraih. Karena tulisan-tulisan menginspirasi dapat meningkatkan kepercayaan diri mahasiswa USU. (m rinaldi khair)


Dikutip dari: http://www.koran-sindo.com/node/369725

0 komentar:

Posting Komentar

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com