Perjuangan untuk memperbaiki persepakbolaan Indonesia terus berlanjut. Kali ini seorang sineas tanah air coba menyindir kondisi persepakbolaan Indonesia melalui sebuah film.
Judul film : Hari Ini Pasti
Menang
Sutradara : Andibachtiar
Yusuf
Pemain : Zendhy Zein, Ibnu
Jamil, Ario Prabowo, Ray Sahetapy, Mathias Muchus, Tika Putri
Distributor : Bogalakon
Pictures
Rilis : April 2013
Durasi : 122 Menit
Kemelut dan kisruh persepakbolaan di Indonesia pada 2011 hingga 2013 lalu
sepertinya menginspirasi seorang Andibachtiar Yusuf untuk memproduksi sebuah
film bertemakan sepakbola. Film yang ia garap ini berkisah tentang dunia
persepakbolaan di Indonesia yang telah memasuki era industrialisasi, kondisi
dimana sepakbola benar-benar telah menjadi sebuah industri dengan sistem jual
beli pemain secara profesional. Dunia sepakbola yang ia ceritakan penuh dengan
aksi para mafia sepakbola yang mencoba mengendalikan puluhan pertandingan di
Liga Sepakbola Indonesia lalu mengambil keuntungan dengan menjadi Bandar judi
bola.
Gabriel Omar Bhaskoro melakukan selebrasi |
Berbeda dengan film bertema sejenis semisal Garuda di Dadaku, dan Tendangan
dari Langit, film ini bukanlah mengisahkan perjuangan seorang menjadi
bintang sepakbola dari tak dikenal hingga dikenal. Film ini lebih menonjolkan
realitas yang tak diketahui oleh masyarakat awam mengenai persepakbolaan
Indonesia, sama seperti karyanya yang sebelumnya, Romeo & Juliet (2009).
Kita diajak untuk menikmati imajinasi ala Andibachtiar, Tim Nasional (timnas)
Indonesia dikisahkan mampu berlaga di Piala Dunia. Seorang Bambang Pamungkas
yang diperankan oleh Ibnu Jamil dikisahkan adalah seorang pemain yang telah
bermain lebih dari sepuluh tahun di liga eropa. Lupakan kenyataannya mari kita
nikmati dunia sepakbola imajinasi Andi Bachtiar!
Di sebuah pertandingan antara Jakarta Metropolitan melawan Bandung, Jakarta
Metropolitan mampu memimpin satu gol berkat gol dari Gabriel Omar Bhaskoro
(Zendhy Zein), ia lah bintang utama dalam film ini. Namun jalannya pertandingan rupanya telah diatur oleh mafia dan Bandar
judi sepakbola. Pertandingan sebenarnya berlangsung seru, hingga akhirnya
Gabriel harus menerima kartu merah akibat menanduk salah seorang pemain lawan.
Gabriel berbuat begitu bukan tanpa alasan, ia terus diprovokasi dan dipancing
agar melanggar oleh salah seorang pemain lawan yang telah diminta untuk berbuat
demikian, ia juga sudah diminta secara rahasia untuk mengalah pada pertandingan
itu. Hal ini dilakukan oleh Bandar judi agar mereka bisa meraup keuntungan yang
besar dari pertandingan tersebut.
Dan benar saja, hasil pertandingan sesuai dengan settingan para mafia,
Bandung berhasil memaksakan hasil imbang lewat ‘hadiah’ pinalti yang
diberikan wasit di menit-menit akhir pertandingan. Esok malamnya Gabriel dan
Pelatih Jakarta Metropolitan, Bramantyo (Ray Sahetapi) bertemu secara rahasia
untuk melakukan serah terima uang suap dari mafia. Kejadian ‘hadiah’ pinalti
oleh wasit ini benar-benar sering terjadi di liga profesional Indonesia, ini lah
sindiran pertama yang Andibachtiar sampaikan.
Mendengar keterlibatan mafia dan bandar judi dipersepakbolaan Indonesia
membuat seorang jurnalis olahraga bernama Andien (Tika Putri) tertarik melakukan investigasi. Hasil investigasi Andien
menunjukkan adanya keterlibatan Gabriel. Andien coba bertanya pada Edhie
Bhaskoro (Mathias Muchus) ayah Gabriel dan Pelatih Bramantyo mengenai
keterlibatan Gabriel. Baik Edhie dan Bramantyo dengan tegas membantah
keterlibatan Gabriel dalam mafia bola dan pengaturan pertandingan.
Di tengah penelusuran yang dilakukan Andien, ia mulai mendapat teror dari
pihak tak dikenal. Ia diserempet motor diperjalanan pulang hingga ancaman
terhadap nyawanya. Ia mulai frustasi dan ketakutan, timbul perdebatan
dibatinnya apakah akan melanjutkan investigasinya atau tidak. Sebab usaha untuk
melapor ke polisi pun akan sia-sia, ia tahu polisi juga pasti bersekongkol
dengan mafia. Andibachtiar kembali menyindir bahwa aparat keamanan pun sudah
dikuasai para mafia.
Gabriel Omar coba protes pada wasit |
Andien memutuskan tetap melanjutkan investigasinya. Ia menemui Gabriel, dari
Gabriel ia temukan jawaban bahwa mafia dan bandar judi memang terlibat dalam
pengaturan skor di liga Indonesia, secara tak langsung Gabriel pun mengakui ia
juga terlilbat praktik mafia pengaturan skor. Kembali Andibachtiar menyentil
dengan tak diizinkannya Andien menuliskan berita yang telah ia dapatkan itu
oleh pemimpin redaksinya sendiri. Seakan-akan media juga sudah dikendalikan
mafia.
Andibachtiar mengakhiri cerita dengan cerdas dan elegan. Mengetahui anaknya terlibat mafia, Edhie mengalami
kecelakaan. Hal ini lah yang menyadarkan Gabriel akan semua kesalahannya. Pada
akhir cerita Jakarta Metropolitan melawan Melbourne Rovers dalam Liga Champions Asia. Para mafia sudah
memesan agar Gabriel tidak mencetak gol dan biarkan Melbourne Rovers menang. Wasit
dan pelatih tim tamu juga sudah di atur. Namun kali ini Gabriel melawan, ia tak mau ikuti para mafia. Gabriel malah mencetak
dua gol pada babak pertama dan membawa Jakarta metropolitan unggul dua kosong.
Hal ini memicu amarah para mafia, mereka telah bayar mahal namun sang
bintang tak menurut. Puncaknya ketika Jakarta Metropolitan berhasil menambah
satu gol lagi di babak kedua. Sang mafia mencak-mencak lantas memerintahkan
pelatih Melbourne untuk menghancurkan karir Gabriel, caranya dengan bermain
kasar. Gabriel dilanggar berkali-kali hingga alami cedera parah, kakinya patah!
Gabriel harus segera dioperasi kalau tidak ia akan lumpuh. Banyak media
memberitakan pertandingan yang tidak adil tersebut dan sekelompok masyarakat
meminta agar dilakukan investigasi tentang pertandingan tersebut.
Kembali Andibachtiar menyindir lewat klimaks pada
cerita
ini. Kejadian pemutusan karir seorang bintang karena melawan mafia memang pernah
terjadi di Indonesia. Dalam sebuah scene diakhir film, seorang presenter
televisi menyerukan sebuah pertanyaan, pertanyaan yang mungkin juga muncul
dibenak kita. “Benarkah sepakbola Indonesia dinakhodai oleh mafia?”
0 komentar:
Posting Komentar