Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU) edisi 2016
kali ini memiliki spot baru yang sayang kali jika dilewatkan. Kali ini ada
Pameran Senjata Tradisional Nusantara yang dihelat di Gedung Serbaguna PRSU
selama satu minggu pada 18 sampai 24 Maret 2016.
Memasuki
salah satu ruangan di Gedung Serbaguna PRSU terdapat tiga puluh stelling berlapis kaca dan berhias kain
songket atau tenunan dari berbagai daerah di Sumatera. Di dalam stelling kaca ini lah ratusan senjata
tradisional milik beberapa kolektor dari seluruh Indonesia di pamerkan.
Bermacam senjata tradisional ada di sana seperti keris, bedik, pedang, tombak
dan loting (pemantik api).
Bukan
hanya itu saja, dinding ruangan yang dilapisi kain berwarna hijau dan kuning
ini juga dipajang foto-foto berbagai macam keris, pedang dan beberapa
tokoh-tokoh dari beberapa kerajaan yang terkenal di zaman kerajaan Indonesia
dahulu.
Aneka
senjata tradisional yang dipamerkan berasal dari berbagai daerah di Indonesia,
mulai dari Aceh, Batak Karo, Pak-pak, Batak Toba, Deli, Riau, Palembang, Jawa,
Yogyakarta, Solo, Mataram, Bali, Sumba, Kalimantan dan Bugis. Ada Keris Jawa,
Keris Aceh, Bedik Melayu, Tombak Batak, dan Podang Batak Toba.
Jimmy
Azzarian, konsultan pameran bilang ada lebih dari tiga ratus senjata
tradisional dari belasan kolektor senjata tradisional, salah satunya Rudi Oei
yang sekaligus menjadi penggagas acara pameran senjata tradisional nusantara
ini. “Ada juga senjata tradisional milik Raja Bali yang dipamerkan,” tambahnya.
Jimmy
juga bilang tujuan utama dilselenggarakannya pameran ini adalah untuk
mengenalkan kembali pada masyarakat Indonesia khususnya Sumatera bahwa ternyata
daerah-daerah di Sumatera punya beragam jenis senjata tradisional yang harus
dilestarikan. Bahkan Jimmy menyatakan bahwa jenis senjata tradisional yang dimiliki
oleh daerah-daerah di Sumatera jauh lebih beragam dibanding jenis senjata
tradisional di daerah-daerah Jawa.
“Sayangnya
sekarang senjata-senjata tradisional miliki
Indonesia sudah banyak yang berpindah tangan ke orang-orang kerajaan di
Malaysia setelah mereka beli,” ungkap Jimmy.
Pria
asli Jawa ini menyebutkan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia sekarang sudah
banyak yang melupakan dan kurang mengapresiasi kebudayaan milik sendiri salah
satunya senjata-senjata tradisional. Bahkan menurutnya orang luar Indonesia
seperti Malaysia dan Eropa jauh lebih mengapresiasi peninggalan bersejarah
tersebut.
Di
dalam ruangan yang hampir seluas setengah lapangan bola tersebut bisa
dijelajahi seluruh kekayaan budaya Indonesia. Bahkan dengan melihat kumpulan
senjata-senjata tradisional yang dipamerkan serasa membawa kembali memori
kejayaan masa-masa kerajaan Hindu-Budha di Indonesia beberapa abad silam.
Puluhan pengunjung yang penasaran terus berdatangan untuk melihat secara
langsung senjata tradisional yang dipamerkan.
Ada
juga beberapa keris yang dijual oleh si pemilik keris. Salah satunya Ma’run
Singa. Pria asli Jawa Timur ini datang ke Medan untuk ikut memamerkan dan
menjual koleksi keris dan senjata tradisional lain yang ia miliki. Kisaran
harga yang ia tawarkan untuk keris paling murah adalah Rp 2 juta dan paling
mahal Rp 10 juta tergantung kualitas keris dan lamanya usia keris tersebut.
Ma’run bilang keris yang ia miliki adalah asli warisan turun-temurun dari
keluarganya. “Walaupun warisan, sekarang sudah enggak masalah kok kerisnya dijual,”
ungkapnya.
*Terbit di Medan Bisnis edisi minggu