Selasa, 06 Januari 2015

Cerita Liputan Nias (2): Modus Rampok, Ponsel Hilang Hingga Parang Everywhere

Hari kedua di Nias, kami hendak menuju Teluk Dalam. Perjalanan dari Gunungsitoli menyimpan cerita yang tak terlupakan, takjub, lucu dan horor.

Belum ada transportasi regular di sini. Jangan harap anda akan temukan bus antar kota seperti Bus Sumatera Transport atau Sinabung Jaya. Di sini jika ingin bepergian sewa travel dulu, harganya bervariasi tergantung tujuan. Jika ke Teluk Dalam dari Gunungsitoli ongkosnya Rp 250 ribu untuk pergi saja.
Menuju Teluk Dalam
Karenya kami putuskan sewa sepeda motor. Sebuah sepeda motor disewakan Rp 100 ribu per harinya. Selain juga karena lebih praktis jika digunakan untuk liputan, sebab kami akan bergerak kemana-mana. Penyewaan sepeda motor di Gunungsitoli pun sebenarnya tak banyak, kebetulan saja kami dapatkan penduduk sekitar yang bersedia menyewakan sepeda motornya untuk kami gunakan.

Sebelum berangkat menuju Teluk Dalam kami dinasehati oleh Orangtua Rahmat. Ada cerita yang cukup mengerikan dari mereka. Jangan bepergian jika waktu sudah menunjukkan pukul empat sore, jika pukul empat masih di Teluk Dalam lebih baik menginap!


Kenapa dilarang?

Sebab akan banyak tindak kriminal yang akan terjadi. Mulai dari perampokan hingga penodongan, beragam modus dilancarkan. Mulai dari pura-pura minta tolong, menghambat jalanan dengan batang kayu atau secara sengaja muncul dengan mengacungkan parang. Kami cukup ngeri mendengar cerita itu. Rata-rata kejadian itu terjadi pada sore hari, maka dari itu sangat diharapkan pukul tiga sore sudah sampai di Teluk Dalam dan menginap saja.

Kemudian ada lagi cerita dari penduduk sekitar. Sewaktu Dian hendak menyewa sepeda motor, dia juga dapat cerita. Beberapa penduduk pedalaman punya ramuan khusus untuk membius targetnya. Ramuan itu disamarkan pada minuman yang biasa dikonsumsi sehingga tak mencurigakan.

Jalanan dari Gunungsitoli-Teluk Dalam, cukup ikuti garis pantai
Cara mengantisipasinya ialah jangan terima ajakan minum atau makan ditengah perjalanan, kalau benar-benar terpaksa cicip dulu sedikit. Jika setelah di mulut, rasakan langit-langit dengan lidah, jika tak terasa geli seperti biasanya berarti ada racun.

Menghadapi itu semua kami sepakat untuk tidak berhenti di tengah jalan sebelum sampai di Teluk Dalam. Kemudian saya juga hubungi paman yang tinggal di Teluk dalam, ia bilang memang ada beberapa kejadian seperti itu, namun jika bepergian di siang hari tak masalah jalanan juga bagus dan sudah ramai. Dan lagi entah kenapa diantara kami tak ada yang nyalinya ciut setelah dengar cerita itu, mungkin memang berjiwa petualang.

Pukul sebelas lewat tiga puluh menit kami sudah siap dengan peralatan dan kendaraan menuju Teluk Dalam. Perjalanan akan memakan waktu paling lama empat jam. Jalanan menuju Teluk Dalam tidak lah sulit. Cukup ikuti pantai di Samudera Hindia karena jalanannya memang menyusuri pantai. Alhasil sepanjang perjalanan kami dihibur dengan pemandangan pantai dan laut yang indah. Cuaca cerah menambah indahnya  pemandangan kala itu. Airnya biru, beda sekali dengan lautan di Selat Malaka yang menjadi wisata di Perbaungan sana.
Salah satu pantai di pinggir jalan
Jalanan sangat bagus, hanya sedikit yang berlubang. Jembatan penghubung juga sudah bagus. Ada prasasti penanda bahwa jembatan itu hasil kerjasama pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Jepang. Namun selama perjalanan tak sedikit kami temui penduduk sekitar yang membawa parang, kami jadi teringat dengan cerita tadi. Karenanya kami sedikit ngebut untuk menghilangkan rasa takut. 

Pukul setengah dua, sewaktu sedang asyiknya berkendara ada kejadian yang cukup menggelikan. Sewaktu memasuki daerah persawahan Renti tampak sibuk dengan tasnya. Beberapa detik kemudian Ponsel Dian dan Renti yang berada di dalam tas Renti ‘melompat’ ke luar dan terjatuh.

Sontak saya yang di belakang mereka berteriak dan membunyikan klakson. Setelah sadar bahwa ponsel mereka terjatuh kami berhenti untuk mencari ponsel tersebut. kami berkendara dengan kecepatan tinggi yang membuat ponsel tersebut langsung tercerai berai dan terpelanting entah kemana. Kami berusaha mencari di kali dan sawah-sawah penduduk. Namun yang berhasil ditemukan hanya lah baterai ponselnya Renti dan casing belakang ponsel Dian. Coba ditelpon namun tak aktif. Terang saja baterainya terlepas. Ohhh sungguh malang nasibmu sobat hehehe.
Putus asa mencari ponsel
Kemudian saat tengah asyik mencari datang segerombolan pemuda mengendarai becak barang. Paling tidak ada lima orang, yang membuat kami merinding adalah mereka masing-masing membawa parang, beberapa ada yang bawa senapan. Ditambah lagi mereka semua secara serempak melihat ke arah kami. Seketika suasana horor dan hening, kami terdiam dan saling pandang memberi kode. Untuk menghilangkan rasa takut saya pura-pura tak lihat berharap mereka cepat berlalu. 

Untung saja mereka hanya berlalu tanpa sepatah kata. Mereka juga terdiam kala itu. Terima kasih Tuhan. Rupanya cerita-cerita tadi sudah jadi sugesti buat kami, sehingga kami mudah terpengaruh. Bahkan muncul sebuah istilah dari kami: parang everywhere

Setelah pencarian tak juga membuahkan hasil, dengan terpaksa Renti dan Dian harus mengikhlaskan ponselnya. Kami harus lanjutkan perjalanan karena waktu sudah menunjukkan hampir pukul dua, sedangkan pukul tiga sudah harus berada di Teluk Dalam.
Suasana di sekitar Pantai Lagundri

Sesampainya di Lahusa –sebuah kecamatan di Teluk Dalam- kami singgah sejenak di rumah makan milik paman saya. Saya sendiri sudah lama tidak berjumpa dengan paman. Kalau tidak salah terakhir bertemu saat saya masih duduk di bangku sekolah dasar. Kami diajak makan siang sembari bercerita mengenai perjalanan dan keadaan keluarga saya di kampung.
Kembali kami dapatkan cerita. Saat saya bertanya berapa lama hingga sampai di Lagundri, paman menjawab begini, “Bisa satu atau satu setengah jam lagi tergantung kecepatan, jalanan sebenarnya bagus tapi kalian jangan ngebut, sebab banyak ternak penduduk yang berkeliaran, jika tertabrak mereka bakal minta ganti rugi,”

“Anak ayam saja yang tertabrak bisa ratusan ribu konon lagi kerbau, anjing, bahkan babi, hati-hati saja” tambah paman.

Kami kembali terdiam, untung selama perjalanan tadi tak ada ternak yang lewat. Kembali kami lanjutkan. Paman juga tak bisa lama-lama sebab ia punya tugas persiapkan pemilu esok. 

Berbekal nasehat paman akhirnya kami bawa motor sedikit lebih pelan. Benar saja beberapa kilometer sesudahnya memang banyak ternak yang berkeliaran. Dian hampir menabrak anak ayam.

Aktivitas penambangan pasir di Pantai Lagundri
Oh iya selama perjalanan ini kami masih temukan penduduk yang membawa parang. Sebenarnya tujuan mereka membawa parang adalah hendak mengambil kelapa ataupun menyiangi tanaman dan sawah, bukan untuk mengancam ataupun bertindak macam-macam. Kami saja yang tersugesti dan berpikiran aneh-aneh. Buktinya ketika kami berhenti sejenak untuk bertanya arah mereka menjawab dengan ramahnya. Berbeda sekali dengan cerita yang kami dengar sebelumnya.

Pukul setengah empat kami sudah sampai di pusat kota Teluk Dalam. Sekitar setengah jam setelahnya Dian hendak mengisi bensin. SPBU terdekat sudah terlewati di pusat kota tadi, terpaksa lah mengisi di warung-warung kecil. Setelah bensin kembali terisi kami lanjutkan perjalanan dan menemukan papan penunjuk arah ke Pantai Sorake.

Kami sedikit bingung, sebab berdasarkan informasi yang kami dapat, kami akan temukan Lagundri terlebih dahulu. Kami putuskan untuk tetap susuri jalanan itu namun kami tetap tak temukan Pantai sorake, tanda-tanda kehidupan pariwisata juga hampir tak ada. Hanya ada penginapan-penginapan dan warung kecil. Kami putuskan untuk bertanya pada warung tempat mengisi bensin tadi.
Pantai Lagundri yang sepi

Rupanya Pantai Lagundri tepat berada di depan warung itu. Kami pangling, tak ada penanda bahwa itu adalah objek wisata yang terkenal itu. Tak ada gairah kehidupan wisata, pantai sepi hanya ada aktivitas penggalian pasir. Ya memang itu salah satu angle yang coba kami angkat ditulisan nanti.

Saya dan Renti langsung memulai liputan, mengingat waktu yang kami punya tak banyak.
Bersambung...

2 komentar:

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com