Panjang,
besar, lembut, puas! Saya menemukan tagline tersebut pada sebuah kemasan gorengan
yang bernama Molen Arab. Siapapun bakal bertanya siapa gerangan pemilik usaha
molen dengan tagline unik ini?
Ketika kebanyakan orang masih asyik dibuai
mimpi menjelang subuh dini hari, sebuah rumah di Jalan Amaliun sudah mulai
menunjukkan kesibukannya. Kesibukan tersebut dilakoni oleh Syaiful Burhan
bersama tiga orang karyawannya, Tama, Dedi dan Musa. Sembari bercengkerama
mereka terlihat asyik mengaduk adonan, menggoreng, hingga mengepak ratusan
molen berukuran segenggam tangan orang dewasa, berbeda dari molen pada umumnya
yang hanya seukuran jempol.
Aktivitas tersebut terpusat disebuah rumah
yang terkesan biasa saja. Rumah satu lantai dan dua kamar tidur tersebut tak
berbeda dengan rumah-rumah pada umumnya, orang-orang tak akan mengira bahwa
rumah tersebut telah dijadikan oleh Syaiful Burhan sebagai rumah produksi Molen
Arab. Sekarang rumah itu tiap hari telah memproduksi lima ratus hingga seribu
molen tiap harinya.
Kesibukan terus berlanjut, setelah digoreng,
molen dimasukkan pada sebuah kertas yang telah didesain sehingga seolah-olah
molen tersebut diselimuti oleh kertas, pada kertas itulah tertulis tagline unik
tadi, panjang, besar, lembut dan puas.
Kemudian lima puluh molen dikumpulkan pada sebuah keranjang yang nantinya akan
dikirimkan ke kampus-kampus dan sekolah-sekolah di Medan.
Pukul
tujuh pagi mereka telah menyelesaikan seluruh kegiatan tersebut, setelahnya Tama,
Dedi dan Musa akan mengantarkan molen yang siap untuk dijual pada titik-titik
penjualan yang telah ditentukan. Mereka biasanya menitipkan pada satpam-satpam
fakultas. Tak lama setelahnya agen reseller akan menjemput dan menjual molen
pada konsumen.
Adalah Syaiful Burhan yang memulai usaha ini
pada April 2013 lalu. Ia berkisah diawal
perkuliahan ia harus memenuhi kebutuhan sehari-hari di Medan karena orang tuanya yang tinggal di Jayapura hanya
bisa mengirimkan uang Rp 500 ribu perbulan. Mau tak mau ia harus bisa memenuhi
kebutuhan hidup sendiri. berbagai usaha dilakoninya mulai dari mengajar lembaga bimbingan, ikut kompetisi blogger,
jasa instal ulang komputer hingga menjadi pekerja lepas untuk jasa desain
grafis.
Seiring waktu keadaan ekonomi semakin
mendesak, pada Mei 2013 ia harus membayar uang kontrakan sebesar Rp 2 juta, ia
bingung mendapatkan uang darimana. “Saat itu keadaan serba susah, bahkan untuk
makan pun susah,” kenangnya.
Sebulan sebelum jatuh tempo ia telah
sampaikan pada orang tuanya perihal uang kontrakan tersebut. Untungnya saat itu
orang tuanya sedang punya rejeki berlebih sehingga ia dikirimi uang Rp 2.5
juta. Ia kembali berpikir, kalau saja nanti kiriman orang tuanya tak lagi
lancar lantas ia harus mencari uang darimana. Maka muncullah idenya untuk
memutar uang tersebut. “Bismillah saya putar uang ini untuk mengubah hidup
saya,” jelasnya.
Ia memikirkan usaha yang tak mengganggu
perkuliahannya, tercetuslah ide untuk jual gorengan, ia memilih menjual molen
karena kebetulan ia juga suka molen. Burhan mencoba berinovasi dengan menjual
molen ukuran jumbo, berbeda dari molen-molen yang dijual pada umumnya. Setelah
ide muncul ia mulai memproduksi molen sendiri, hari pertama ia memproduksi 50
buah molen, karena lapar ia makan satu dan 49 sisanya terjual habis pada
teman-temannya.
Ternyata teman-temannya banyak yang suka dan
memesan kembali, ia kembali membuat 100 buah molen di hari kedua, begitu juga
di hari ketiga hingga minggu pertama berakhir, molen buatannya laku terjual. Akhirnya
di bulan pertama ia berhasil balik modal bahkan ia bisa meraup untung. “Saya
tak mengira teman-teman akan suka dengan molen saya,” tuturnya.
Hingga sekarang ia punya tiga karyawan tetap,
Molen buatannya mampu memproduksi hingga 600 molen perhari dengan 5 varian
rasa, yaitu original, coklat, durian, keju, dan coklat keju. Bahkan pernah ia
bisa memproduksi hingga 1500 molen perhari dengan omzet puluhan hingga ratusan
juta, dengan memfokuskan pasar pada kalangan mahasiswa dan pelajar. Hal ini
menarik perhatian beberapa investor untuk ikut membiayai usahanya. Buktinya
rumah produksi mereka di Jalan Amaliun sekarang adalah hasil kerjasama dengan
beberapa investor.
Ia pun berhasil meraih juara satu pada Wira Usaha
Muda Mandiri wilayah I (Aceh, Sumut, Riau dan Kepri) pada tahun 2013 lalu.
Bukan hanya itu ia juga berhasil menyabet juara I penghargaan Teknopreneurcamp di Palembang pada tahun
2014, sebuah penghargaan berskala nasional dari menteri Koordinator perekonomian.
*Tulisan ini terbit di Medan Bisnis edisi Minggu 6 Desember 2015
*Tulisan ini terbit di Medan Bisnis edisi Minggu 6 Desember 2015
0 komentar:
Posting Komentar