Selasa, 05 Januari 2016

Molen Arab, Usaha yang Bermodal Uang Kontrakan

Panjang, besar, lembut, puas! Saya menemukan tagline tersebut pada sebuah kemasan gorengan yang bernama Molen Arab. Siapapun bakal bertanya siapa gerangan pemilik usaha molen dengan tagline unik ini?

Ketika kebanyakan orang masih asyik dibuai mimpi menjelang subuh dini hari, sebuah rumah di Jalan Amaliun sudah mulai menunjukkan kesibukannya. Kesibukan tersebut dilakoni oleh Syaiful Burhan bersama tiga orang karyawannya, Tama, Dedi dan Musa. Sembari bercengkerama mereka terlihat asyik mengaduk adonan, menggoreng, hingga mengepak ratusan molen berukuran segenggam tangan orang dewasa, berbeda dari molen pada umumnya yang hanya seukuran jempol.
Aktivitas tersebut terpusat disebuah rumah yang terkesan biasa saja. Rumah satu lantai dan dua kamar tidur tersebut tak berbeda dengan rumah-rumah pada umumnya, orang-orang tak akan mengira bahwa rumah tersebut telah dijadikan oleh Syaiful Burhan sebagai rumah produksi Molen Arab. Sekarang rumah itu tiap hari telah memproduksi lima ratus hingga seribu molen tiap harinya.
Kesibukan terus berlanjut, setelah digoreng, molen dimasukkan pada sebuah kertas yang telah didesain sehingga seolah-olah molen tersebut diselimuti oleh kertas, pada kertas itulah tertulis tagline unik tadi, panjang, besar, lembut dan puas. Kemudian lima puluh molen dikumpulkan pada sebuah keranjang yang nantinya akan dikirimkan ke kampus-kampus dan sekolah-sekolah di Medan.
 Pukul tujuh pagi mereka telah menyelesaikan seluruh kegiatan tersebut, setelahnya Tama, Dedi dan Musa akan mengantarkan molen yang siap untuk dijual pada titik-titik penjualan yang telah ditentukan. Mereka biasanya menitipkan pada satpam-satpam fakultas.  Tak lama setelahnya agen reseller akan menjemput dan menjual molen pada konsumen.

Adalah Syaiful Burhan yang memulai usaha ini pada April 2013 lalu.  Ia berkisah diawal perkuliahan ia harus memenuhi kebutuhan sehari-hari di Medan karena  orang tuanya yang tinggal di Jayapura hanya bisa mengirimkan uang Rp 500 ribu perbulan. Mau tak mau ia harus bisa memenuhi kebutuhan hidup sendiri. berbagai usaha dilakoninya mulai dari  mengajar lembaga bimbingan, ikut kompetisi blogger, jasa instal ulang komputer hingga menjadi pekerja lepas untuk jasa desain grafis.

Seiring waktu keadaan ekonomi semakin mendesak, pada Mei 2013 ia harus membayar uang kontrakan sebesar Rp 2 juta, ia bingung mendapatkan uang darimana. “Saat itu keadaan serba susah, bahkan untuk makan pun susah,” kenangnya.
Sebulan sebelum jatuh tempo ia telah sampaikan pada orang tuanya perihal uang kontrakan tersebut. Untungnya saat itu orang tuanya sedang punya rejeki berlebih sehingga ia dikirimi uang Rp 2.5 juta. Ia kembali berpikir, kalau saja nanti kiriman orang tuanya tak lagi lancar lantas ia harus mencari uang darimana. Maka muncullah idenya untuk memutar uang tersebut. “Bismillah saya putar uang ini untuk mengubah hidup saya,” jelasnya.
Ia memikirkan usaha yang tak mengganggu perkuliahannya, tercetuslah ide untuk jual gorengan, ia memilih menjual molen karena kebetulan ia juga suka molen. Burhan mencoba berinovasi dengan menjual molen ukuran jumbo, berbeda dari molen-molen yang dijual pada umumnya. Setelah ide muncul ia mulai memproduksi molen sendiri, hari pertama ia memproduksi 50 buah molen, karena lapar ia makan satu dan 49 sisanya terjual habis pada teman-temannya.

Ternyata teman-temannya banyak yang suka dan memesan kembali, ia kembali membuat 100 buah molen di hari kedua, begitu juga di hari ketiga hingga minggu pertama berakhir, molen buatannya laku terjual. Akhirnya di bulan pertama ia berhasil balik modal bahkan ia bisa meraup untung. “Saya tak mengira teman-teman akan suka dengan molen saya,” tuturnya.
Hingga sekarang ia punya tiga karyawan tetap, Molen buatannya mampu memproduksi hingga 600 molen perhari dengan 5 varian rasa, yaitu original, coklat, durian, keju, dan coklat keju. Bahkan pernah ia bisa memproduksi hingga 1500 molen perhari dengan omzet puluhan hingga ratusan juta, dengan memfokuskan pasar pada kalangan mahasiswa dan pelajar. Hal ini menarik perhatian beberapa investor untuk ikut membiayai usahanya. Buktinya rumah produksi mereka di Jalan Amaliun sekarang adalah hasil kerjasama dengan beberapa investor.


Ia pun berhasil meraih juara satu pada Wira Usaha Muda Mandiri wilayah I (Aceh, Sumut, Riau dan Kepri) pada tahun 2013 lalu. Bukan hanya itu ia juga berhasil menyabet juara I penghargaan Teknopreneurcamp di Palembang pada tahun 2014, sebuah penghargaan berskala nasional dari menteri Koordinator perekonomian.

*Tulisan ini terbit di Medan Bisnis edisi Minggu 6 Desember 2015

0 komentar:

Posting Komentar

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com